Artikel Terbaru

Senin, 20 Oktober 2014

Fenomena Kampus





Tulisan ini kutuangkan hanya untuk
membangkitkan semangat generasi muda kedepan.
Tolong baca aku ….



                 Dengan melihat  fenomena yang terjadi, hingga hari ini GAIRAH intelektual di kampus semakin meredup. Mahasiswa yang menjadi pelaku utama arus pendidikan dan keilmuan di sana semakin tidak menampakkan psogresivitas. Kelompok diskusi dan studi berbasis kajian intelektual akhirnya menjadi komunitas langka yang sepi peminat. Para mahasiswa tidak mau bergabung dalam komunitas keilmuan karena tidak mau direpotkan dengan rumitnya ragam pemikiran dan berlipatnya bahasa yang digunakan.

                 Hari ini Jarang ditemukan sebuah unit kegiatan mahasiswa (UKM), baik di tingkatan universitas ataupun fakultas, yang bergerak dalam bidang kajian. Kalaupun ada, peminatnya tidak banyak. Itupun harus diperjuangkan dengan keras bila ingin tetap hidup.  Mahasiswa lebih tertarik bergabung dalam kelompok yang menawarkan kepuasan emosi seperti kelompok musik, teater, pecinta alam, kepramukaan, dan seterusnya walau itupun tidak salah. Untuk memutuskan bergabung dengan kelompok diskusi, mereka harus berpikir ulang, karena anggapan miring bahwa komunitas yang tidak bergerak dalam pengembangan keterampilan tiada menjamin masa depan.      

                 Untuk menjadi aktor intelektual yang mampu merekayasa perubahan, mahasiswa harus memahami corak dan ragam pemikiran dari tokoh pemikir sekaliber Plato, Aristoteles, Karl Marx, Immanuel Kant, Heiddeger, Marthin Luther King, Lenin, hingga tokoh pemikir dari dalam negeri semisal Soekarno, Tan Malaka, Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, Romo Mangunwijaya hingga generasi intelektual muda sekarang semisal Imanuel Subangun, Qomaruddin Hidayat, Anis Baswedan, Ulil Abshar Abdalla dan seterusnya.   Karya-karya intelektual mereka sungguh melahirkan sebuah pencerahan pemikiran dalam pergerakan.

                  Bila kelompok kajian intelektual berkembang di kampus, barangkali di kemudian hari akan lahir tokoh bangsa yang bukan hanya bekerja untuk dirinya, namun juga untuk kebenaran rasional dan kebijaksanaan. Namun realitanya, kebanyakan orientasi mereka adalah untuk kepentingan praktis masa depan, bukan kepentingan ideal perubahan. Logika yang berjalan adalah cepat lulus cepat kerja.

                  Mereka tak mau dipusingkan dengan penindasan yang terjadi nan jauh di luar sana. Ruang gerak mahasiswa sekarang lebih banyak di kelas, kantin, apalagi di kos. Baginya, lapangan adalah wilayah kerja orang-orang penguasa. Bergabung di komunitas diskusi adalah sebuah proses menjadi seorang pemimpin besar, sebab di sana akan bergumul dengan pemikiran orang-orang besar. Karena seorang pemimpin berperan sebagai inisiator, kreator, dan pemantik perubahan berskala makro. Fenomena yang terjadi hingga saat ini, sangat sepinya minat di kelompok studi dan diskusi.

                Pertanyaannya, berapa persen dari penduduk negeri ini yang menyandang status mahasiswa? Sungguh banyak bukan? Indonesia hanya membutuhkan SEORANG PEMIMPIN SEKALIGUS PEMIKIR, UNTUK MENUJU MASA PENCERAHAN.

Bergabunglah dalam kelompok diskusi untuk membangkitkan gairah intelektual kita. Salam  ANKERS




”ECHYSEPAGA”

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 ANKERS
Design by FBTemplates | BTT