GEOSTRATEGI INDONESIA
DI PASIFIK
DALAM KONTEKS
NEGARA MARITIM
Pada dasarnya
konstelasi politik dunia yang semakin kompleks dewasa ini tidak akan pernah
terlepas dari apa yang disebut dengan kepentingan nasional (national
interest) suatu negara yang terangkum politik dalam negeri yang sudah
barang tentu menurunkan apa yang disebut geopolitik dan geostrateginya.
Merupakan hal yang wajar apabila masing-masing negara saling berlomba-lomba
untuk meningkatkan posisi tawar mereka dalam kancah pergaulan internasional.
Hal tersebut hampir melingkupi seluruh negara yang ada di muka bumi ini,
terlepas dari besar atau kecilnya negara tersebut.
Umumnya dikatakan bahwa sampai tahun 40-an itu dunia kita
masih berada dalam pola-pola hubungan internasional, kolonialisme, imperialisme
atau persaingan geo politik. Penggerak utama adalah gagasan bangsa, sedang
negara dan alat negara adalah alat pukul bangsa satu terhadap bangsa lain,
sehingga pikiran besar bukan globalisasi, tapi PBB dan hukum internasional. Dalam hal ini
politik luar negeri Indonesia bisa tergambar dari pergaulan internasionalnya.
Dari segi jumlah penduduk, Indonesia merupakan negara berpenduduk cukup banyak,
bahkan wilyah negaranya pun sangat luas, dan juga letak kawasan Indonesia yang
terletak di pasifik. hal ini lah yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu
Negara yang cukup strategis, dalam pengembangan perekonomian dan pangkalan
militer. Dan kemudian inilah yang menjadi nilai tawar Indonesia dibandingkan
Negara-negara lain.
Ada dua kekuatan yang menjadi patokan dalam melihat
kekuatan dunia saat ini, kekuatan ekonomi dan militer. Yang pertama bisa
dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi, GDP, pendapatan per kapita, atau daya
beli masyarakat. Sedangkan kekuatan militer bisa dilihat dari jumlah angkatan
bersenjata yang dimiliki oleh suatu negara, jumlah nuclear warheads,
kapal induk, teknologi persenjataan, dan pengelompokan negara-negara kepada
sekutu geopolitiknya. Kedua variabel ini, menentukan polarisasi kekuatan dunia
dan menimbulkan hubungan antarnegara yang hegemonial sifatnya. kemudian kedua
variabel tersebut yang menjadi tolak ukur dalam melihat kekuatan dunia hari ini
dan Indonesia tidak memiliki keduanya.
Dalam jumlah kekuatan militer Indonesia masih jauh
tertinggal dibandingkan dengan Negara-negara berkembang yang lain. Dibandingkan
dengan Negara tetangga saja Indonesia sudah jauh tertinggal sehingga dalam
menentukan polarisasi kekuatan dan hubungan antarnegara yang hegemoni.
INDONESIA DI PASIFIK
Indonesia di Pasifik memiliki dimensi ruang regional seperti
AFTA, APEC dan Pasific Rim dengan implikasi yang jelas terhadap permukiman dan
infrastruktur. Kecenderungan yang berkembang sekarang ini menunjukkan
pemikirannya tersebut makin kuat menuju kenyataan. Sampai dengan pertengahan
tahun 1990 perekonomian negara – negara di Asia Timur dan Tenggara seperti
Jepang, Korea, Hongkong, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia bertumbuh
dengan sangat pesat sehingga Bank Dunia perlu untuk mengulas dan menyebutkannya
sebagai "The East – Asian Miracle" pada tahun 1993. Pada periode itu
pula mulai istilah "Pasific Rim" berkembang yang menjangkau hampir
semua negara yang berada disekeliling Samudera Pasifik. Pada tingkatan yang
lebih kecil lagi adalah disepakatinya beberapa kawasan kerjasama ekonomi sub-regional
seperti IMT-GT, IMS-GT, BIMP EAGA, dan AIDA yang pada dasarnya merupakan upaya
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kawasan segi-tiga pembangunan
khususnya di luar P. Jawa.
Kesenjangan Pertumbuhan Regional
Salah satu persoalan berat yang harus dihadapi bangsa
kita saat ini adalah disparitas atau
kesenjangan pertumbuhan regional, khususnya “ketertinggalan Kawasan Timur
Indonesia (KTI) jika dibandingkan dengan
Kawasan Barat Indonesia (KBI) dalam berbagai hal yang menyangkut hasil dan
pemerataan pembangunan. Tetapi dalam letak strategis dan keunggulan wilayah
Kawasan Timur Indonesia (KTI) bisa dikatakan lebih memiliki keunggulan yang
lebih kalau dilihat dari keunggulan
Secara
historis-sosiologis membuktikan, perdagangan dan pelayaran yang berlangsung di
Nusantara pada abad 15-19 menjadi penggerak utama perekonomian
kerajaan-kerajaan Nusantara. Bangsa-bangsa Eropa berupaya keras mencapai
Nusantara demi menguasai perdagangan rempah-rempah yang dihasilkan pulau-pulau
kecil di Maluku. Tidak berbeda dengan pulau lain di Nusantara. Produk unggulan
lokal diperdagangkan secara global dengan basis kekuatannya ekonomi kelautan.
Posting Komentar