Artikel Terbaru

Senin, 20 Oktober 2014

Geopolitik Indonesia



GEOSTRATEGI INDONESIA DI PASIFIK
DALAM KONTEKS NEGARA MARITIM
Pada dasarnya konstelasi politik dunia yang semakin kompleks dewasa ini tidak akan pernah terlepas dari apa yang disebut dengan kepentingan nasional (national interest) suatu negara yang terangkum politik dalam negeri yang sudah barang tentu menurunkan apa yang disebut geopolitik dan geostrateginya. Merupakan hal yang wajar apabila masing-masing negara saling berlomba-lomba untuk meningkatkan posisi tawar mereka dalam kancah pergaulan internasional. Hal tersebut hampir melingkupi seluruh negara yang ada di muka bumi ini, terlepas dari besar atau kecilnya negara tersebut.
Umumnya dikatakan bahwa sampai tahun 40-an itu dunia kita masih berada dalam pola-pola hubungan internasional, kolonialisme, imperialisme atau persaingan geo politik. Penggerak utama adalah gagasan bangsa, sedang negara dan alat negara adalah alat pukul bangsa satu terhadap bangsa lain, sehingga pikiran besar bukan globalisasi, tapi PBB dan hukum internasional. Dalam hal ini politik luar negeri Indonesia bisa tergambar dari pergaulan internasionalnya. Dari segi jumlah penduduk, Indonesia merupakan negara berpenduduk cukup banyak, bahkan wilyah negaranya pun sangat luas, dan juga letak kawasan Indonesia yang terletak di pasifik. hal ini lah yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara yang cukup strategis, dalam pengembangan perekonomian dan pangkalan militer. Dan kemudian inilah yang menjadi nilai tawar Indonesia dibandingkan Negara-negara lain.
Ada dua kekuatan yang menjadi patokan dalam melihat kekuatan dunia saat ini, kekuatan ekonomi dan militer. Yang pertama bisa dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi, GDP, pendapatan per kapita, atau daya beli masyarakat. Sedangkan kekuatan militer bisa dilihat dari jumlah angkatan bersenjata yang dimiliki oleh suatu negara, jumlah nuclear warheads, kapal induk, teknologi persenjataan, dan pengelompokan negara-negara kepada sekutu geopolitiknya. Kedua variabel ini, menentukan polarisasi kekuatan dunia dan menimbulkan hubungan antarnegara yang hegemonial sifatnya. kemudian kedua variabel tersebut yang menjadi tolak ukur dalam melihat kekuatan dunia hari ini dan Indonesia tidak memiliki keduanya.
Dalam jumlah kekuatan militer Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Negara-negara berkembang yang lain. Dibandingkan dengan Negara tetangga saja Indonesia sudah jauh tertinggal sehingga dalam menentukan polarisasi kekuatan dan hubungan antarnegara yang hegemoni.
INDONESIA DI PASIFIK
Indonesia di Pasifik memiliki dimensi ruang regional seperti AFTA, APEC dan Pasific Rim dengan implikasi yang jelas terhadap permukiman dan infrastruktur. Kecenderungan yang berkembang sekarang ini menunjukkan pemikirannya tersebut makin kuat menuju kenyataan. Sampai dengan pertengahan tahun 1990 perekonomian negara – negara di Asia Timur dan Tenggara seperti Jepang, Korea, Hongkong, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia bertumbuh dengan sangat pesat sehingga Bank Dunia perlu untuk mengulas dan menyebutkannya sebagai "The East – Asian Miracle" pada tahun 1993. Pada periode itu pula mulai istilah "Pasific Rim" berkembang yang menjangkau hampir semua negara yang berada disekeliling Samudera Pasifik. Pada tingkatan yang lebih kecil lagi adalah disepakatinya beberapa kawasan kerjasama ekonomi sub-regional seperti IMT-GT, IMS-GT, BIMP EAGA, dan AIDA yang pada dasarnya merupakan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kawasan segi-tiga pembangunan khususnya di luar P. Jawa.
Kesenjangan Pertumbuhan Regional
Salah satu persoalan berat yang harus dihadapi bangsa kita saat ini  adalah disparitas atau kesenjangan pertumbuhan regional, khususnya “ketertinggalan Kawasan Timur Indonesia  (KTI) jika dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI) dalam berbagai hal yang menyangkut hasil dan pemerataan pembangunan. Tetapi dalam letak strategis dan keunggulan wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) bisa dikatakan lebih memiliki keunggulan yang lebih kalau dilihat dari keunggulan
Secara historis-sosiologis membuktikan, perdagangan dan pelayaran yang berlangsung di Nusantara pada abad 15-19 menjadi penggerak utama perekonomian kerajaan-kerajaan Nusantara. Bangsa-bangsa Eropa berupaya keras mencapai Nusantara demi menguasai perdagangan rempah-rempah yang dihasilkan pulau-pulau kecil di Maluku. Tidak berbeda dengan pulau lain di Nusantara. Produk unggulan lokal diperdagangkan secara global dengan basis kekuatannya ekonomi kelautan.





About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 ANKERS
Design by FBTemplates | BTT